Pengalaman sosial awal adalah
usia 5 sampai 9 tahun yang akan menentukan kepribadian (Hurlock, 1995). Apabila
dikaitkan dengan lingkungan, Jean Piaget dalam Mimica (1995) menyatakan usia
tersebut sebagai tahap pertama kesadaran pada lingkungan. Anak mulai bisa
mengenali tentang jarak, sesuatu yang ada disekeliling, urutan jalan sehingga
sudah dapat mengenali rute.
Moore, dalam Snyder, 1989,
menyatakan bahwa anak-anak merupakan pemakai terbanyak dari luar terbuka,
sebenarnya tidak cukup hanya taman, teras rumah, halaman atau jalan. Suatu
penelitian membuktikan bahwa anak-anak menggunakan kurang dari lima belas menit
di suatu tempat bermain selama masa beberapa jam. Dengan demikian perlu
disediakan ruang bermain yang aman dan bersambungan. Beberapa kelompok rumah,
jalan-jalan atau ruang yang tersisa dibuat saling berhubungan.
Anak usia 5 sampai 9 tahun,
sebagai awal dari kegiatan sosialisasi dan sekaligus sebagai tahap awal
pengenalan lingkungan. Akan tetapi area terbuka yang diharapkan untuk bermain
saat ini sangat terbatas. Dengan demikian anak perlu menyesuaikan dengan
lingkungan atau melakukan adjustmen (Bell,
1978). Bagi anak yang tidak dapat menysuaikan dengan lingkungan, maka anak akan
mengalami stress (Sarwono,1992).
Beberapa kasus keberadaan ruang
sosialisasi anak di Pagutan
Pada beberapa perkampungan padat
seperti Pagutan keberadaan ruang terbuka sangat terbatas. Ruang sosialisasi
bagi anak-anak di sekitar tercipta seadanya. Tidak tersedianya ruang
sosialisasi bagi anak membuat anak-anak dapat bermain di mana saja tanpa
mendapat perhatian khusus dari orang tua mereka sendiri. Padahal jika berpijak
pada penelitian Moore dalam Synder, 1989, menyatakan bahwa anak-anak merupakan
pemakai terbanyak dari luar terbuka, sebenarnya tidak cukup hanya taman, teras
rumah, halaman atau jalan. Namun kenyataaan yang diperoleh dari hasil survey
dan observasi ditemukan ada beberapa spot ruang sosialisasi anak di Pagutan
yaitu:
a. Kuburan
Kuburan umumnya
dikategorikan sebagai ruang terbuka hijau untuk masyarakat, namun lebih unik
lagi jika kuburan dijadikan ruang sosialisasi bagi anak-anak. Berbagai
permainan yang bisa dilakukan di kuburan, misalkan saja main petak umpat, main
jual-jualan, main benteng dan sebagainya, mereka bermain tanpa merasa takut
sedikit pun akan keberadaan dan fungsi dari kuburan tersebut.
b. Teras
Umumnya tujuan mereka bermain di teras tidak lain untuk menjaga adik2 mereka sambil bermain tanpa harus jauh dari tempat tinggal mereka. Ini pula memudahkan orang tua memantau mereka dari rumah mereka sendiri, namun di teras sangat terbatas pemainan yang bisa dilakukan tidak sebanyak permainan yang dilakukan di luar rumah.
c. Saluran
sungai unus
Kesenangan yang
paling terasa bagi anak-anak Pagutan adalah bermain sambil mandi di saluran
sungai unus ini. Mereka dapat berekspresi sesuai dengan imajinasi mereka
sendiri. Meskipun air terlihat tidak jernih, bagi mereka tidak masalah yang
penting bermain adalah hal yang menyenangkan.
d. Gang/jalan
Anak-anak yang
bermain di gang yang sering ditemukan yaitu bermain sepeda, kelereng dan
ngerumpi bagi anak-anak remaja di pinggiran jalan/gang. Meskipun di jalan yang
penuh debu dan kotoran samapah, bermain pun tetap berlangsung.
Perlu diperhatikan untuk
menyediakan fasilitas khusus untuk bermain di lingkungan Pagutan,misalkan saja
taman bermain, lapangan atau tempat yang luas yang bisa membebaskan anak-anak
berkespresi dalam situasi permainan yang mereka ciptakan sendiri. Hal ini
setidaknya perlu mendapat perhatian yang khusus bagi orang dewasa yang berada
di Pagutan demi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak pagutan itu sendiri.
Jika tidak anak yang tidak terpenuhi Anak yang tidak terpenuhi kegiatan
sosialisasinya atau mengalami sters akan kurang sempurna pada perkembangannya.
Kalau tidak berkembang dengan baik, anak akan mempunyai beberapa kekurangan,
antara lain : anak sulit untuk memahami temannya, selalu tergantung, sulit
menyesuaikan diri, kurang pergaulan (Hurlock, 1995). Bila kenyataan demikian
diharapkan adanya dukungan dari orangtua untuk lebih memperhatikan kebutuhan
anak dalam hal ini untuk dapat bersosialisasi dan bermain dengan aman sehingga
ruang sosialisasi ini perlu diperhatikan betul keberdaaannya. Selain itu juga
perlu diciptakan keberadaan area terbuka jika tidak ada, dan tetap mempertahankan
keberadaan area trbuka, misalkan halaman yang luas atau fasilitas bermain di
sekolah-sekolah untuk dapat mendukung kegiatan sosialisasi anak dan bermain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar