Sabtu, 16 Juni 2012

Ruang Sosialisasi Anak di Lingkungan Pagutan

Kegiatan sosialisasi anak dapat dilakukan di lingkungan keluarga maupun di lingkungan binaan. Ruang sosialisasi di lingkungan keluarga, sebatas di dalam rumah tinggal dan sosialisasi dengan anak lain yang sebaya lebih banyak dilakukan di ruang luar. Lingkungan yang menarik dan unik dapat mendorong perkembangan fisik dan mental yang baik, sedangkan lingkungan tidak menarik menyebabkan perkembangan anak di bawah kamampuannya (Hurlock, 1995). Mimica (1995) menegaskan bahwa Piaget pernah mengamati bahwa anak-anak tidak hanya senang dengan mainan buatan pabrik, tetapi juga senang bermain dengan unsur alam seperti air, pasir, tanah liat. Kegiatan yang dilakukan seperti memanfaatkan sudut atau celah yang dapat digunakan sebagai tempat yang privat, seperti rumah-rumahan di atas pohon dan bermain luncur-luncuran.

Pengalaman sosial awal adalah usia 5 sampai 9 tahun yang akan menentukan kepribadian (Hurlock, 1995). Apabila dikaitkan dengan lingkungan, Jean Piaget dalam Mimica (1995) menyatakan usia tersebut sebagai tahap pertama kesadaran pada lingkungan. Anak mulai bisa mengenali tentang jarak, sesuatu yang ada disekeliling, urutan jalan sehingga sudah dapat mengenali rute.
Moore, dalam Snyder, 1989, menyatakan bahwa anak-anak merupakan pemakai terbanyak dari luar terbuka, sebenarnya tidak cukup hanya taman, teras rumah, halaman atau jalan. Suatu penelitian membuktikan bahwa anak-anak menggunakan kurang dari lima belas menit di suatu tempat bermain selama masa beberapa jam. Dengan demikian perlu disediakan ruang bermain yang aman dan bersambungan. Beberapa kelompok rumah, jalan-jalan atau ruang yang tersisa dibuat saling berhubungan.
Anak usia 5 sampai 9 tahun, sebagai awal dari kegiatan sosialisasi dan sekaligus sebagai tahap awal pengenalan lingkungan. Akan tetapi area terbuka yang diharapkan untuk bermain saat ini sangat terbatas. Dengan demikian anak perlu menyesuaikan dengan lingkungan atau melakukan adjustmen (Bell, 1978). Bagi anak yang tidak dapat menysuaikan dengan lingkungan, maka anak akan mengalami stress (Sarwono,1992).

Beberapa kasus keberadaan ruang sosialisasi anak di Pagutan
Pada beberapa perkampungan padat seperti Pagutan keberadaan ruang terbuka sangat terbatas. Ruang sosialisasi bagi anak-anak di sekitar tercipta seadanya. Tidak tersedianya ruang sosialisasi bagi anak membuat anak-anak dapat bermain di mana saja tanpa mendapat perhatian khusus dari orang tua mereka sendiri. Padahal jika berpijak pada penelitian Moore dalam Synder, 1989, menyatakan bahwa anak-anak merupakan pemakai terbanyak dari luar terbuka, sebenarnya tidak cukup hanya taman, teras rumah, halaman atau jalan. Namun kenyataaan yang diperoleh dari hasil survey dan observasi ditemukan ada beberapa spot ruang sosialisasi anak di Pagutan yaitu:

a.       Kuburan
Kuburan umumnya dikategorikan sebagai ruang terbuka hijau untuk masyarakat, namun lebih unik lagi jika kuburan dijadikan ruang sosialisasi bagi anak-anak. Berbagai permainan yang bisa dilakukan di kuburan, misalkan saja main petak umpat, main jual-jualan, main benteng dan sebagainya, mereka bermain tanpa merasa takut sedikit pun akan keberadaan dan fungsi dari kuburan tersebut.

b.      Teras

Umumnya tujuan mereka bermain di teras tidak lain untuk menjaga adik2 mereka sambil bermain tanpa harus jauh dari tempat tinggal mereka. Ini pula memudahkan orang tua memantau mereka dari rumah mereka sendiri, namun di teras sangat terbatas pemainan yang bisa dilakukan tidak sebanyak permainan yang dilakukan di luar rumah.

c.       Saluran sungai unus
Kesenangan yang paling terasa bagi anak-anak Pagutan adalah bermain sambil mandi di saluran sungai unus ini. Mereka dapat berekspresi sesuai dengan imajinasi mereka sendiri. Meskipun air terlihat tidak jernih, bagi mereka tidak masalah yang penting bermain adalah hal yang menyenangkan.


d.      Gang/jalan
Anak-anak yang bermain di gang yang sering ditemukan yaitu bermain sepeda, kelereng dan ngerumpi bagi anak-anak remaja di pinggiran jalan/gang. Meskipun di jalan yang penuh debu dan kotoran samapah, bermain pun tetap berlangsung.
Perlu diperhatikan untuk menyediakan fasilitas khusus untuk bermain di lingkungan Pagutan,misalkan saja taman bermain, lapangan atau tempat yang luas yang bisa membebaskan anak-anak berkespresi dalam situasi permainan yang mereka ciptakan sendiri. Hal ini setidaknya perlu mendapat perhatian yang khusus bagi orang dewasa yang berada di Pagutan demi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak pagutan itu sendiri. Jika tidak anak yang tidak terpenuhi Anak yang tidak terpenuhi kegiatan sosialisasinya atau mengalami sters akan kurang sempurna pada perkembangannya. Kalau tidak berkembang dengan baik, anak akan mempunyai beberapa kekurangan, antara lain : anak sulit untuk memahami temannya, selalu tergantung, sulit menyesuaikan diri, kurang pergaulan (Hurlock, 1995). Bila kenyataan demikian diharapkan adanya dukungan dari orangtua untuk lebih memperhatikan kebutuhan anak dalam hal ini untuk dapat bersosialisasi dan bermain dengan aman sehingga ruang sosialisasi ini perlu diperhatikan betul keberdaaannya. Selain itu juga perlu diciptakan keberadaan area terbuka jika tidak ada, dan tetap mempertahankan keberadaan area trbuka, misalkan halaman yang luas atau fasilitas bermain di sekolah-sekolah untuk dapat mendukung kegiatan sosialisasi anak dan bermain.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar